www.bursakitab.com
- Sebagian feminis dan yang sekonco dengannya berkata, "Jilbab itu
tidak wajib. Saya merasa tidak perlu itu. Yang terpenting adalah
menjilbabkan hatinya dulu. Banyak kok yang berjilbab tapi hatinya
busuk."
Sebagai orang yang berakal, kita bisa mengakali jawaban atau menjawab berdasar pada akal. Seperti ini:
"Anda
juga tidak perlu memakai celana. Yang penting mencelanai kemaluan
Anda. Dalam hal ini, Anda sudah bagus memakai celana dalam. Saya fikir
Anda tidak perlu jalan ke luar rumah memakai rok.
Tapi sepertinya bagi Anda memakai celana dalam pun tidak perlu. Banyak kok orang memakai celana dalam tapi busuk hatinya."
Feminis tersinggung, "Saya masih punya harga diri dan menutup kemaluan saya!"
Tanggap,
"Tapi hati Anda sudah dicelana dalamkan ga? Oh ya, Anda kenapa memakai
bra? Bagi saya itu tidak penting. Yang penting Anda mem-bra-kan hati
Anda. Seharusnya Anda telanjang saja seperti anjing betina. Yang
penting 'hati' Anda sudah memakai jilbab, bra dan celana dalam. Anda
siap telanjang sekarang di depan orang2?"
Feminis menjawab,
"Saya sedia! Selama Anda tidak menilai hati saya hanya berdasarkan
ketelanjangan saya. Anda tidak tahu hati saya seperti apa. Hanya Tuhan
yang tahu hati manusia."
Jawablah: "Kalau begitu, Anda tidak
tahu malu dan tidak konsisten. Anda tadi bilang bahwa Anda masih mau
menutupi kemaluan dengan celana. Ternyata sekarang Anda malah jadi tidak
tahu malu siap sedia telanjang di sini.
Anda tidak konsisten
juga ketika Anda mengatakan hanya Tuhan yang tahu hati manusia. Tapi
sebelumnya Anda menilai hati banyak jilaber busuk. Berarti Anda tuhan
kah? Kok tahu kebusukan hati mereka?"
Feminis meradang, "Mereka berhati busuk karena tingkah mereka yang busuk. Itu cerminan!"
Jawab
saja : "Oh begitu. Kalau begitu Anda lebih jelek dan busuk dari
mereka. Mereka masih mau tutup aurat dan turut perintah Tuhan. Lah Anda?
Sedia telanjang dan melanggar perintah Tuhan. Sudah begitu, masih
pura-pura berkemaluan pula. Memangnya Anda punya!?"
Tambahan baru lagi deh dari saya:
Feminis: "Jilbab itu tidak wajib. Yang terpenting: jilbabkan hati dulu!"
Tanggapan:
[1] Memangnya hati bisa dijilbabkan ya?
[2] Wong menjilbabkan kepala saja belum bisa, apalagi menjilbabkan hatinya?
[3] Sejak kapan di agama Islam ada istilah 'menjilbabkan hati'?
[4] Memangnya hatimu aurat ya? Kok dijilbabkan?
EmoticonEmoticon